Hebatnya Industry 4.0 dibanding 3.0
18 April 2020 - Pada kesempatan kali ini, Saya akan mencoba menjelaskan hebatnya revolusi industry 4.0 di manufacturing, sekaligus menjawab sedikit keragu-raguan dari teman-teman di pabrik tentang industrial 3.0 dan industrial 4.0.
Industrial 3.0 didominasi oleh automation. Tujuan otomasi adalah sebuah konsep teknologi yang menggunakan auto mechanical dan robot untuk menggantikan pekerjaan repetitif manusia.
Adapun ciri-ciri dari industrial 3.0 selain hanya automatisation adalah : "berjayanya satu aplikasi yang kita kenal 10-20 tahun belakangan yakni Microsoft Excel atau spreadsheet". Dua hal ini menurut saya dominan dilakukan dan paling banyak ditemukan di Industrial 3.0
Jelas, teknology yang berkembang dan digunakan hari ini di pabrik atau manufacturing adalah teknologi 10 tahun yang lalu. Disini saya tidak bicara tentang automation atau Robot dengan AI.
Kondisi Automation kita hari ini
Saya ulang lagi : "yang digunakan untuk produksi hari ini di pabrik adalah hasil teknology automation hasil 5-10 tahun yang lalu".
Kalau kita mau jujur, setiap kali ada pameran Manufacturing, atau pameran mesin. Teknologi yang digunakan juga tidak terlalu jauh, dan masih mirip dengan teknologi sebelumnya. Misalnya mesin CNC dan mesin die casting. Sampai hari ini, masih ada tiga teknologi yang dipakai di indonesia yakni Gravity Die Casting, Low Pressure Casting, dan High Pressure Die Casting. Selain ketiga teknologi itu, di negara kita belum ada. Saya ingin sampaikan yang ril ril saja.
Kemudian bagaimana pabrik memutuskan dan akhirnya membeli "new machine high pressure die casting"?. Betul, pertimbangan teknis seperti : banyaknya porosity, banyaknya defect visual, menciut, dll".
Proses pengambilan keputusannya kira-kira : middle management, sampai top manajemen melakukan rapat, menggunakan tools andalan. Tools andalan itu apa?. Salah satunya adalah Microsoft Excel atau spreadsheet dan kombinasi dengan database. Beberapa pabrik masih menggunakan kertas (repot manual). Datanya juga masih dipertanyakan. Karena tidak akan bisa realtime. Tidak berasal langsung dari mesin (auto data collection). Melainkan manual input.
Akhirnya..
Keputusan management unttuk membeli mesin baru akhirnya tercapai. Proses nya dengan pertimbangan dari report manual, planning, forecasting, target, depresiasi mesin, DA dll.
Satu hal yang selalu luput adalah bagaimana dengan port komunikasi mesin untuk auto Data collection menuju Smart Factory di kemudian hari. Ini permasalahan yang dominan timbul.
Saya ulang lagi : "yang digunakan untuk produksi hari ini di pabrik adalah hasil teknology automation hasil 5-10 tahun yang lalu".
Kalau kita mau jujur, setiap kali ada pameran Manufacturing, atau pameran mesin. Teknologi yang digunakan juga tidak terlalu jauh, dan masih mirip dengan teknologi sebelumnya. Misalnya mesin CNC dan mesin die casting. Sampai hari ini, masih ada tiga teknologi yang dipakai di indonesia yakni Gravity Die Casting, Low Pressure Casting, dan High Pressure Die Casting. Selain ketiga teknologi itu, di negara kita belum ada. Saya ingin sampaikan yang ril ril saja.
Kemudian bagaimana pabrik memutuskan dan akhirnya membeli "new machine high pressure die casting"?. Betul, pertimbangan teknis seperti : banyaknya porosity, banyaknya defect visual, menciut, dll".
Proses pengambilan keputusannya kira-kira : middle management, sampai top manajemen melakukan rapat, menggunakan tools andalan. Tools andalan itu apa?. Salah satunya adalah Microsoft Excel atau spreadsheet dan kombinasi dengan database. Beberapa pabrik masih menggunakan kertas (repot manual). Datanya juga masih dipertanyakan. Karena tidak akan bisa realtime. Tidak berasal langsung dari mesin (auto data collection). Melainkan manual input.
Akhirnya..
Keputusan management unttuk membeli mesin baru akhirnya tercapai. Proses nya dengan pertimbangan dari report manual, planning, forecasting, target, depresiasi mesin, DA dll.
Satu hal yang selalu luput adalah bagaimana dengan port komunikasi mesin untuk auto Data collection menuju Smart Factory di kemudian hari. Ini permasalahan yang dominan timbul.
Syukur-syukur jika pabrik tersebut mempertimbangkan juga tentang skor TEEP nya Atau tidak sama sekali. Jika tidak sama sekali, berarti keputusannya hanya berdasarkan feeling, subjectif, atau mengikuti keinginan owner semata.
Inilah bagaimana gambaran industrial 3.0 berjalan tanpa kita sadari. Paradigma yang digunakan adalah paradigma 3.0. Hal yang paling esensi untuk memutuskan dan meningkatkan kapasitas, menambah lini produksi, menambah mesin, menambah tenaga kerja, melakukan automation, bahkan ekspansi pabrik baru, dilakukan semuanya dengan data yang tidak real time, tidak transparan, tidak tervisualisasi, tidak terintegrasi, tidak akurat, tidak komprehensif. Tidak seperti paradigma industrial 4.0
"meningkatkan kapasitas, menambah lini produksi, menambah mesin, menambah tenaga kerja, melakukan automation, bahkan ekspansi pabrik baru, dilakukan semuanya dengan data yang tidak real time, tidak akurat, tidak auto data collection, tidak terintegrasi" - industrial 3.0
Dan satu lagi, menggunakan tools yang terbatas kemampuannya, sudah tidak robust design dan tidak seamless dengan mesin dan fasilitas produksi, yakni microsoft excel atau speadsheet.
Begitulah adanya industrial 3.0. Ini kondisi real dan sedang berjalan di pabrik-pabrik kita di Indonesia. Pembelian mesin dominan dilakukan atas pertimbangan segelintir saja.
Kelemahan disempurnakan oleh industrial 4.0.
Kelemahan-kelemahan ini yang dilengkapi dan disempurnakan oleh industrial 4.0. Bagaimana keputusan-keputusan di pabrik itu dilakukan dengan Realtime, akurat , cepat dan tepat. Dilakukan dengan menggunakan tools yang tepat. Sumber data langsung dari mesin dan fasilitas produksi. Mengurangi, bahkan syukur-syukur menghilangkan manual entry dan manual reporting. Melibatkan level paling bawah yakni operator , supervisor, manajer pabrik, plant Manager, bahkan owner sekalipun. Data-data yang kredibel, Durable serta realtime ini kemudian diolah untuk bisa berikan informasi , analitics dan prediction.
Sehingga apapun keputusannya berdasarkan auto data processing dan algoritma mesin olah data. Manusia dalam hal ini operator dan semua lini hanya mengkonsunsumsi data dan informasi dari mesin, bukan dari orang. Hal diatas adalah minimal fitur yang kita bisa dapatkan dari Industrial 4.0. Minimal itu yang didapatkan. Belum lagi kami uraikan betapa powerfull nya paradigma 4.0 untuk New Business Strategy, ataupun Powerfull SCM (unify SCM).
Owner, Managerial, Supervisor, danOperator bertindak atas keputusan system, dalam hal ini adalah algoritma yang digunakan. Baru kemudian berkesimpulan. Apakah perlu melakukan investasi mesin, ekspansi pabrik, ekspansi produk atau cukup hanya dengan menghilangkan downtime yang terjadi selama proses produksi. Dan itu cukup.
Jika ingin mendapatkan advance fitur, maka kita akan membangun sistem sampai kepada machine learning, big data analytical dan AI. Keputusan dari hasil olah algoritma kemudian akan di eksekusi oleh actuator. Menjadikan pabrik sebagai pabrik dengan tingkat intellgency yang tinggi untuk mencapai optimum output
Jika ingin mendapatkan advance fitur, maka kita akan membangun sistem sampai kepada machine learning, big data analytical dan AI. Keputusan dari hasil olah algoritma kemudian akan di eksekusi oleh actuator. Menjadikan pabrik sebagai pabrik dengan tingkat intellgency yang tinggi untuk mencapai optimum output
Sumber data industrial 4.0 dari mana?. Adalah level paling bawah dari 5 organisasi level automations. Yakni adalah di shopfloor (Standdarisasi ISA 95). Tidak ujug-ujug sampai kepada AI. Proses data mining untuk Big Data Analitical juga melibatkan devise IOT dengan berbagai protokolnya.
Hari ini, mana yang terbaik, Industrial 3.0 atau Industrial 4.0?
Yang paling bijaksana adalah beralih menggunakan paradigma 4.0. Sebab dalam prakteknya industrial 3.0 akan menghabiskan anggaran yang tidak sedikit dengan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Sementara ujung-ujungnya, industrial 3.0 tidak ada kepastian dikemudian hari. Apakah masih relevan atau tidak. Apakah masih bisa profit atau tidak?, ditengah perkembangan dan kecepatan dunia saat ini. Industrial 3.0 sudah tidak relevan.
Silahkan, Anda bisa menambahkan lagi beberapa perbedaan antara industrial 4.0 dan industrial 3.0. masih banyak lagi yang tidak kami sebutkan.
MESIN SAYA, PABRIK SAYA BELUM SIAP?
Pendapat, opini dan sudut pandang ini yang seringkali saya jumpai dikala berdiskusi dengan customer untuk ber transformasi menuju Digital Factory. "Oh, saya belum siap", "pabrik saya belum siap, mesin masih manual, mesin baru semi auto", dll.Jawaban kami : "Semua tidak ada yang siap. Tapi satu hal, kompetitor anda yang lokasi nya di sini dan di belahan negara lain, akan melakukan nya duluan dari anda. Akhirnya anda akan kalah dalam kompetisi dan tidak relevant".
Saya dan anda sudah berada di era IR4.0. Sadar atau tidak sadar. Secara personal ataupun organisasi. Kita tau, bagaimana kita dimudahkan dengan smartphone, tokopedia, bukalapak lazada, gojek dll. Semua bicara tentang mesin pintar dan algoritma. Kita sudah didalamnya. Kita sudah jadi bagian dari IR4.0.
Secara Organisasi, perusahaan , kita masih menjadi objek, bukan subjek. Aplikasi Google map, zoom, slack, MES misalnya. Kita hanya konsumennya. Apakah selamanya menjadi konsumen?, sementara ada yang harusnya kita bisa lakukan dan menjadi sebagai subject.
Kita tidak harus menunggu mesin anda di upgrade dulu, menuju backbone industrial 4.0 . Tidak perlu.
Anda tidak harus menunggu mesin anda di upgrade dulu, menuju backbone industrial 4.0, yakni ethernet communication. Tidak perlu.Jika melakukannya, anda akan menghabiskan waktu yang banyak sekali. Anda akan menghabiskan banyak sekali uang, losses capasitas, energy. Sementara hasilnya belum tentu sesuai dengan yang diharapkan.
Industrial 4.0 tidak memandang jenis mesin, jenis proses, jenis pabrik, jenis orang. Lakukan dengan konsep industrial 4.0 . Dengan kondisi yang ada. Tahap demi tahap, menuju digital Factory, Smart Manufacturing, atau e factory.
Tidak perlu harus upgrade mesin. Untuk planning upgrade mesin bisa berjalan paralel dengan implementasi industri 4.0. Justru kelebihannya adalah, keputusan untuk upgrade, membeli mesin baru, lini produksi baru, desain produk baru, rekrut karyawan baru, pemberian bonus, promosi , keputusannya berdasarkan data processing dan algoritma .
Pabrik-pabrik yang sudah memutuskan untuk upgrade mesin baru, menambah lini baru, tanpa pertimbangan dari data dan algoritma akan pusing kepala. Semakin besar dan semakin melebar perusahaan atau pabrik, maka semakin kompleks pula permasalahan yang timbul. Salah-salah mengorganisasi diri dan berkompetisi, akan bangkrut.
Dunia sangat dinamis, perubahan bisa berlangsung hitungan detik. Keputusan untuk mau digital factory atau cara konvensional harus segera diputuskan. Jika memilih menuju digital Factory artinya anda akan ikut arah ikut arus. Jika tetap dengan pilihan anda berjalan dengan konvensional pabrik, maka anda akan melawan arus. Terima kasih.
Penulis : Viktor Harefa
OEE, oee, oee adalah, rumus oee, metode oee, oee mesin, oee solution, contoh menghitung oee, oee benchmark data, oee calculation, example, oee industry, vmtech, perusahaan vmtech, vmtech software, victor harefa, industry 4.0, rockwell automation, wonderware, efactory, IIOT, IOT, Edge computing, Edge cloud, mttr, mtbf, machine, mesin, suhu, akuisisi data mesin, packing, cokote, minor stop,scada system, apa itu mes, mes adalah